1.
Yang
menjadi pokok bahasan pada chapter ini adalah perspektif penggunaan internet
dalam hal akses serta keterlibatan interaksi yang terjadi di dalamnya. Dalam
hal ini adalah perspektif pesimisme dan optimisme pada penerapan penggunaan
internet yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, budaya, fisik, serta kondisi
sosial dan ekonomi terhadap partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam
politik, isu internet dan keterlibatan komunitas, serta adanya interaksi sosial
yang membentuk berbagai ekpresi dalam dunia maya. Selain itu, chapter ini juga
membahas tentang bagaimana internet mempengaruhi keputusan masyarakat dalam
menyeleksi informasi karena berlimpahnya informasi yang diberikan, hingga mampu
menimbulkan suatu fragmentasi sosial. Penggunaan internet juga berimplikasi
terhadap aspek interpersonal, dimana penggunaan internet dengan ceroboh akan
memiliki dampak tertentu bagi penggunanya.
2.
Dalam
penerapan teknologi internet kepada masyarakat, terdapat dua perspektif berdasarkan
akses dan dan keterlibatan interaksi yaitu perspektif pesimisme dan optimisme.
·
Perspektif
pesmisme membahas mengenai kekhawatiran tentang akses internet atau media online
yang tidak sama akan berimplikasi pada keuntungan/manfaat yang didapat juga
tidak sama. Berdasarkan beberapa peneletian tentang akses masyarakat terhadap
internet, menunjukan bahwa masyarakat minoritas seperti orang Afrika - Amerika
dan Hispanik non – putih sangat sangat kecil kemungkinannya untuk memiliki
computer di rumah dan kurang memiliki akses terhadap jaringan dibandingkan
masyarakat kulit putih dan Asia sehingga kehilangan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan Internet(Neu et al , 1999), serta waktu yang
dihabiskan untuk online lebih rendah pada kelompok minoritas. Kemudian
berdasarkan survey yang dilaporkan oleh UCLA
pada tahun 2000, hambatan untuk menggunakan Internet meliputi tidak ada
komputer atau terminal yang tersedia, tidak tertarik, tidak tahu bagaimana
menggunakannya, terlalu mahal, serta faktor lainnya. Tidak mampu menemukan
konten online yang memiliki arti lokal atau pribadi atau mewakili budaya
seseorang ternyata juga dapat mempengaruhi penggunaan Internet (Katz dan Rice,
2002a; Warschauer, 2003).
Salah
satu contoh dari perspektif pesimisme di Indonesia adalah masyarakat yang
berada di pedalaman Papua. Masyarakat pedalaman Papua hidup secara bersuku-suku
dengan menjaga nilai-nilai tradisional mereka sebagai cara untuk bertahan hidup
membuat teknologi sulit untuk diterapkan di daerah tersebut. Hal ini menimbulkan
asumsi bahwa teknologi seperti internet misalnya tidak akan bermanfaat bagi
masyarakat tersebut karena tidak adanya akses di daerah pedalaman seperti
Papua.
·
Sedangkan
dalam perspektif optimisme terdapat upaya-upaya untuk mengatasi beberapa keterbatasan
pada akses yang memiliki implikasi positif untuk menunjang partisipasi
masyarakat dan keterlibatan komunitas. Salah satunya adalah pada tahun 1990,
pemerintah Amerika Serikat berupaya untuk memberikan pelayanan universal dan
termasuk penyandang cacatdengan mewajibkan semua operator layanan untuk
menyediakan akses komunikasi bagi warga Amerika yang memiliki gangguan
pendengaran (Borchert, 1998: 56), serta membuat barang dan jasa yang dapat
diakses oleh individu penyandang cacat (Borchert, 1998: 60). Hasilnya adalah
sebuah sistem operasi Windows baru menawarkan program dan aplikasi pintar untuk
para penyandang cacat.Melalui jaringan komunikasi yang menawarkan suara penuh
duplex, transmisi data, grafis dan komunikasi video bagi para disabilitas. Berdasarkan
perspektif optimisme, teknologi dipercaya mampu mengatasi hambatan-hambatan dan
keterbatasan akses untuk berinteraksi.
Sementara
itu contoh perspektif optimis internet di Indonesia adalah adanya layanan
koleksi digital online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).
Layanan ini diberikan secara gratis kepada seluruh anggota Perpusnas yang telah
terdaftar. Masyarakat bisa mengakses berbagai bahan perpustakaan digital online
(e-Resources) seperti jurnal , ebook,
dan karya-karya referensi online lainnya melalui alamat http://e-resources.perpusnas.go.id/index.php. Untuk menjadi anggota Perpusnas,
masyarakat bisa melakukan pendaftaran secara online melalui http://keanggotaan.pnri.go.id, atau dengan mengunjungi gedung layanan
Perpusnas di Jalan Salemba Raya 28 Jakarta Pusat / Jalan Merdeka Selatan 11
Jakarta Pusat. Perpusnas berharap dengan adanya layanan ini, masyarakat
Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan referensi yang berkualitas namun valid
dengan biaya yang terjangkau.
3. Van Dijk (1999) mengidentifikasi empat kendala
umum yang mempengaruhi penggunaan media baru :
1. Orang/Pengguna. Terutama orang tua yang tidak
memiliki keterampilan dan terintimidasi oleh teknologi baru atau memiliki
pengalaman pertama yang buruk tentang teknologi.
Hal ini sering dialami oleh para orangtua terutama
yang sudah lanjut usia yang sebelumnya belum pernah menggunakan teknologi baru
dan merasa terintimidasi akan kehadiran media baru yang membuatnya tidak
mengerti apa-apa atau memiliki pengalaman yang buruk saat pertama kali
menggunakan teknologi tersebut karena ketidaktahuan akan penggunaannya atau hal
lainnya.
2. Tidak ada atau sulitnya akses untuk menggunakan
komputer atau internet.
Kendala yang terjadi bisa terdapat pada individunya
masing-masing yang tidak memiliki peralataan media baru (computer dan internet)
untuk digunakan sehingga susah dalam mengakses atau dari pemerintah yang tidak memfasilitasi
teknologi baru tersebut untuk masyrakat khususnya yang tidak mengenal teknologi
baru tersebut.
3. Kurangnya keramahan pengguna dan tidak menariknya
penggunaan media baru ini.
Banyak individu yang tidak friendly akan kehadiran
media baru ini karena lebih mudah menggunakan media lama daripada menggunakan
media baru bagi individu yang tidak terlalu menarik perhatian mereka.
4. Kurangnya pentingnya penggunaan media baru kepada
individu.
Kebutuhan masing-masing individu berbeda. Ada yang
membutuhkan media baru, namun ada yang lebih mempertahankan untuk menggunakan
media lama, sehingga menganggap media kurang penting.
Lalu pendapat yang dikemukakan oleh Rojas et.al
(2004). mengidentifikasi adanya penyebab lain yang mempengaruhi kesenjangan
penggunaan media digital, seperti keterkaitan antara ekonomi, budaya, etnis,
jenis kelamin dan usia. Sering kali, individu yang berada dalam suatu
persaingan atau suatu lingkungan yang berpengaruh (seperti keluarga, teman,
lingkungan sekitar, pendidikan dan pengaruh gender) pada komputer dan teknologi
online. Masih banyak individu baik dari
segi ekonomi individu yang sulit untuk mendapatkan atau membeli media baru ini
atau dari segi budaya yang memang masyarakatnya masih melestarikan kebudayaan
mereka tanpa adanya kebudayaan baru yang hadir karena pengaruh media baru
tersebut.
Contoh
kasus di Indonesia :
Indonesia merupakan negara berkembang yang
pendapatan perkapitanya masih rendah. Sehingga banyak daerah-daerah terutama
daerah pelosok yang belum dapat mengakses media baru tersebut karena tidak
adanya suplai dari pemerintah ke daerah-daerah tersebut, sementara pendidikan
sekarang sudah lebih menekankan pada penggunaan media baru.
4. Perspektif Pesimistik
Sangat berbeda hubungannya dengan kesenjangan
digital internet, relatif menuju jalan keluar dari sisi tradisional seperti
koran, radio dan TV yang dapat mempersempit dasar partisipasi politik dan
legitimasi pemerintah (White, 1997). Hill dan Hughes melaporkan bahwa pengguna
internet dan aktivis (mereka yang menggunakannya untuk alasan politik) lumayan
lebih muda dari masyarakat umum dengan aktivis pengguna internet rata-rata
sangat muda sekitar 32,8 tahun (1998 : 29).
Banyak yang beranggapan bahwa internet dapat
melemahkan legitimasi proses pemerintahan (Starobin, 1996). Kualitas dan
validitas dari bahan yang dilaporkan di internet juga menambah probelmatika
yang mengarah kekhawatiran tentang korupsi atau penurunan nilai pada pemilihan
politik, dan akibatnya terdapat penurunan tingkat partisipasi politik. Beberapa
teoris juga berpendapat bahwa internet menghancurkan komunitas sukarela yang
sangat dibutuhkan untuk kesuksesan demokrasi (Putnam, 2000; Turkle, 1996).
Kritikus lain takut bahwa internet akan menghilang dan menyerap energi
kewarganegaraan yang jauh dari proses politik yang tradisional. (Carpini, 1996:
Rash, 1997).
Kebebasan berbicara atau 'freedom of speech' bisa
dihasilkan dan dihilangkan oleh internet. Secara theoritis, semua orang bisa
mendesain sebuah website dan mem-posting opini tentang apapun didalamnya.
Bagaimanapun, Shapiro dan Leone (1999) menganggap bahwa kebebasan berbicara
akan terkena dampak buruk dari perkembangan internet, karena masalah akses dan
'ekspose' atau keterbukaan.
Pertama, orang-orang akan mempunyai kesulitan dalam
menemukan khalayak karena banyak orang yang tidak ingin mendengarkan mereka
dari awal. Van Dijk (1999) percaya bahwa di internet, informasi akan sangat
banyak dan akan sulit untuk menemukan mana informasi yang benar-benar valid,
dan akan menujuk kepada kesalahan dalam pengambilan keputusan. Orang-orang
tidak akanharus merespon atas permintaan akan opini mereka tentang sesuatu di
internet atau mereka bisa menyaring informasi khusus hanya informasi yang
menarik untuk mereka. Karenanya, informasi yang berkontradiksi atau tidak cocok
dengan mereka mungkin tidak akan sampai dan mempengaruhi mereka, membuat mereka
dapat mengacuhkan perspektif yang berlawanan dengan mereka. Kedua, tidak setiap
orang punya sumberdaya untuk menyampaikan suara mereka, seperti ketidakadanya
keterampilan untuk menggunakan teknologi itu sendiri, yang sama saja membatasi
kebebasan berbicara/bersuara mereka.
Fallows (2000) berargumen bahwa dampak dari internet
terhadap politik belum terlihat. Meskipun begitu, dua perubahan yang signifikan
sudah terlihat. Yang pertama adalah perubahan durasi kapan sebuah opini yang
ada di media akan berganti (shift). Yang kedua adalah jaringan ekonomi makin
terstimulasi dan makin terkonsentrasi kepada konglomerat yang ingin mengambil
kontrol saluran-saluran multimedia. Fallows (2000), Hundt (2000) dan McChesney
(2000) semua berpendapat bahwa konsentrasi kepemilikan media ini membuat
pengurangan keberagaman perspektif dan opini, dan hanya memperkuat cakupan
program tertentu, yang akan menghasilkan efek yang kuat atas pengetahuan politik,
partisipasi, pemilihan suara lebih dari segala dampak internet penggunaan
internet yang pernah diprediksikan. Dengan segala kekuatan dan kekuasaan yang
mengikat sistem politik, internet diragukan akan dapat merubah politik secara
luas (Margolis dan Resnick, 2000).
Perspektif
Optimistik
Dalam perspektif optimis, Internet
sangat mungkin untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam politik. Hill dan Hughes (1998) merangkum
perspektif dari beberapa optimis tentang peran dari internet dalam aktivitas
masyarakat, khususnya partisipasi politik. Rheingold (1993) percaya bahwa
dengan adanya perdebatan online akan meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam
proses demokrasi. Rash (1997) menyatakan bahwa internet akan membuka kesempatan
bagi partai-partai baru dan ide-ide baru untuk berkembang. Shapiro dan Leone
(1999) menghubungkan internet dengan 'mengontrol revolusi', dimana kontrol
tersebut ditransformasi dari institusi besar ke individu-individu, Hal ini
karena ada enam fitur yang bisa menambah efektif sebuah kontrol dari seorang
individu, yaitu:
·
Bentuk
komunikasi many-to-many.
·
Digitalisasi
konten.
·
Jaringan
internet itu sendiri.
·
Jalur
informasi di internet berjalan dengan lancar di jaringan tanpa halangan.
·
Kapasitas
broadband.
·
Akses
yang universal.
Yang pasti, internet sudah menjadi instrumen yang
kuat untuk partai politik, organisasi non-pemerintah, kampanye, dan kelompok
aktivis lokal (Browning dan Weitzner, 1996; Corrado, 2000; Davis, 1999; Rash,
1997). Internet sudah memungkinkan aktor-aktor politik untuk mengawasi hasil
dari voting, menilai bagaimana kontribusi kampanye terhadap hasil dari voting
tersebut, serta seberapa efisien dana dihabiskan untuk kampanye, dan hal-hal
lainnya.
Sejauh ini, pengguna internet mempunyai kesamaan
pada nilai dan moral, mempunyai keinginan tinggi untuk mengunjungi teman
mereka, namun mempunyai tingkat keinginan yang rendah untuk mengikuti kegiatan
keagamaan dan aktivitas untuk melindungi lingkungan. Yang tidak menggunakan
internet mempunyai tingkat ketidakpuasan terhadap hidup, dan kekhawatiran, dan
merasa tidak punya kekuatan dan kesendirian.
Internet dapat mendukung dan membangun aktivitas
politik dan pengetahuan kepemerintahan yang sedikit simple, mengingat internet
itu sendiri melibatkan aspek politik, kepemerintahan, regulasi dan ekonomi yang
wajib di pertimbangkan, serta kekuasaan yang kompleks, dan debat atas jenis
kekuasaan apa yang cocok dan memungkinkan (Loader, 1997; Margolis dan Resnick,
2000)
Contoh
kasus di Indonesia :
Dengan adanya media baru yaitu internet, masyarakat
Indonesia menjadi lebih mudah dalam mengakses informasi atau berita-berita
politik sesuai dengan afiliasi politik mereka. Misalnya, dalam kampanye pemilu
presiden 2014, capres Joko Widodo dapat berinteraksi dengan para pendukungnya
melalui situs jejaring online yaitu twitter. Jokowi menyampaikan visi dan
misinya dalam akun twitternya tersebut. Bahkan kampanye melalui media baru ini
dapat mengalahkan kampanye politik secara konvensional, seperti televise dan
baliho-baliho yang terdapat di jalan. Hal tersebut dikarenakan tingkat
interaksi masyarakat dan partisipasi komunitas melalui media online ini lebih
tinggi dibandingkan media konvensional.
5. Perspektif Pesimis
Beberapa pihak berpendapat bahwa
dunia maya tidak dapat menjadi sumber komunitas yang nyata dan / atau
mengurangi makna komunitas dunia nyata (Beniger 1988, gergen 1991, kiesler
1984, stoll 1995, turkle 1996 begitu juga jankwoski, dan baym). Schement
membedakan dua elemen kunci dari komunikasi: hubungan primer dan sekunder.
Komunitas internet benar- benar dibuat dalam sebuah hubungan sekunder, di mana
orang hanya mengenal satu sama lain dalam dimensi tunggal, atau hanya sedikit
bagian yang dikenal dari orang lain. Berbeda dengan hubungan utama atau primer,
di mana orang saling mengenal satu sama lain dalam berbagai dimensi, artinya
dapat mengenal lebih jauh dan mendalam hingga karakter asli orang tersebut.
John Seely percaya bahwa sebuah tanggung jawab yang berada pada komunitas
virtual dinilai kurang, salah satunya karena kurangnya hubungan primer yang
dapat menyebabkan ceroboh, tidak bertanggung jawab, dan bahkan perilaku
anti-sosial (1995: 12). Penggunaan sistem online untuk berkomunikasi dengan
orang lain yang lebih jauh dapat mengurangi vitalitas dan integrasi masyarakat
secara fisik (Calhoun 1986).
Shapiro dan Leone memperingatkan bahwa penggunaan
internet secara ceroboh dapat menyebabkan tiga masalah
mendasar: (1) over personalizations, yaitu penggunaan informasi
tentang pengguna internet untuk menargetkan pesan, produk dan
kontrol, serta penggunaan filter dan fokus grup diskusi untuk menjaga kita
dari beragam perspektif (2) disintermediasi, seperti kita melupakan
nilai penghubung dan gatekeeper tidak hanya memilih tetapi
juga memverifikasi berita, perdagangan dan politik, dan
(3) bahaya ketika kita terlalu mengandalkan solusi berbasis pasar untuk
masalah seperti melindungi privasi(1999: 104).
Van Dijk (1999), komunitas organik (berupa interaksi tatap
muka) terdiri dari sekelompok orang yang relatif homogen karena mereka memiliki
beberapa kepentingan yang sama, sedangkan komunitas virtual relatif heterogen.
Oleh karena itu, masyarakat organik memiliki kesempatan yang lebih baik
membangun dan mempertahankan budaya dan identitas dari komunitas virtual
sendiri. Komunitas virtual dapat menggantikan organik namun mereka terbatas,
tetapi mungkin mereka dapat melengkapi dan memperkuat komunitas organik.
Contoh kasus di Indonesia :
Semakin ramainya komunitas virtual menjadikan komunitas
tersebut menjadi ladang bisnis baru yamng menguntugkan. Berbagai situs jual
beli pun muncul dengan santernya, namun hal yang disayangkan adalah, karena
kita tidak mengenal identitas dari penjual (misal) tersebut maka akan sangat
rentan terjadinya pembohongan. Dari beberapa kasus yang saya temui, terdapat
beberapa teman yang terkena kasus penipuan yang mengatas namakan jual beli
online. Hal tersebut menjadi salah satu kelemahan karena kita tidak mengenal
identitas yang sesungguhnya dan hanya bertemu lewat dunia maya.
Perspektif Optimis
Cerulo (1997), yang menolak Beniger (1988), sebuah kritik
dari komunitas pseudo yang diciptakan oleh media massa digital, berpendapat
bahwa ‘kita harus mengkonsep masyarakat karena munculnya teknologi komunikasi
baru’, berdasarkan bukti tentang interaksi sosial dan ikatan sosial (Lihat juga
Katz et al., 2004; Beras, 1987a). Contoh pertama, merajuk mereka
yang berinteraksi soisal dengan ditengahi pribadi, panggilan radio,
dan dukungan e-mail dalam diskusi online kelompok yang berdebat untuk konsep
yang lebih luas mengenai sosial interaksi yang menolak menganggap bahwa
hubungan terkesan selalu sekilas, impersonal atau menipu. Kedua, meskipun ada
banyak kekhawatiran tentang kedangkalan atau isolasi terkait dengan hubungan
online, media baru mungkin lebih baik dicirikan sebagai pergantian sifat dan
karakter sosial (Cerulo, 1997:53).
Argumen optimis yang lebih kuat adalah bahwa keterlibatan
dunia maya dapat membuat alternatif masyarakat yang berharga dan berguna untuk
lebih membuat masyarakat kita lebih akrab, meskipun fisik terletak
berjauhan(Rheingold, 1993). Mungkin memang hanyalah hubungan jaringan di dunia
maya, namun mereka masih mewakili tempat-tempat yang menghubungkan orang-orang
dengan kepentingan bersama, dukungan, keramahan dan identitas
(Wellman, 2000). Potensi ini sebagian besar diperoleh dari kombinasi beberapa
faktor: peningkatan bandwidth, akses yang terus-menerus,
konektivitas global dan personalisasi (seperti penyaringan kolaboratif dan
konten yang terkait dengan pengguna bersama, profil e-mail perorangan dan
ikatan-ikatan kepentingan).
Sementara itu, banyak perhatian untuk aspek eksotis dan
sosial komunitas online, mereka juga mewakili isu-isu kebijakan sosial
konsekuensial, seperti mendukung lingkungan dan hubungan masyarakat, sistem
sekolah lokal, dan akses masyarakat terhadap pelayanan pemerintah dan informasi
(Doheny - Farina, 1998), terutama informasi kesehatan dan berbagai layanan (
Rice dan Katz , 2001).
Rheingold (1993) menyimpulkan bahwa Internet, Usenet dan e
-mail memungkinkan orang untuk mengakses dan mengirimkan informasi yang mungkin
tidak diperbolehkan di permukaan komunitas lain. Misalnya, Slack dan
Williams (2000) mempelajari Craigmiliar Information Community Service (CCIS),
dikembangkan untuk sebuah kota di luar Edinburgh di mana banyak warga yang
miskin dan menganggur. Melawan mereka yang berpendapat bahwa jaringan online
akan mendorong masyarakat terisolasi dan ahistoris, maka mereka berpendapat
bahwa 'Pertumbuhan dan serapan teknologi informasi dan komunikasi menyediakan
titik kontak yang saling berpotongan antara lokal dan global, dimana ada
potensi masing-masing untuk mempengaruhi yang lain( 2003; 321 ). Sebelum CCIS
tersebut, Craigmiliar tidak menunjukkan rasa untuk membentuk komunitas, merasa
tidak ada motivasi untuk bersosialisasi, dan tidak memiliki kegiatan sosial
atau budaya. Dengan cara CCIS, bagaimanapun, 'Craigmiliar telah mengembangkan
strategi mempresentasikan diri yang menjawab representasi eksternal dan yang
bekerja dengan menjadi alasan dalam pengertian yang merenggang dari sebuah
komunitas, dan kemudian merajut komunitas menjadi erat' (2000: 322).
Contoh kasus di Indonesia :
Perspektif Optimis
Dari yang dijelaskan oleh Craigmiliar, kita dapat mengambil
contoh orang yang memiliki sifat kurang bisa bersosialisasi. Tentu internet
menjadi salah satu cara efektif untuk membantu orang yang sulit berhadapan
dengan orang secara face to face. Dengan media online, kita
dapat berkomunikasi dan merekatkan hubungan yang sebelumnya terkesan kaku
ketika bertemu, namun menjadi cair dengan dunia maya.
6. Perspektif
Pesimistis
Perspektif ini menyatakan bahwa teknologi CMC terlalu
bertentangan dengan hakikat kehidupan manusia, dan terlalu terbatas teknologi
untuk hubungan yang bermakna danmembentuk (Stoll, 1995). Dengan demikian,
dunia maya tidak dapat menjadi sumber persahabatan yang bermakna (BENIGER,
1988). Banyak yang berpendapat bahwa dunia mayamengisolasi secara sosial
dan psikologis sehingga efeknya menyedihkan. (setidaknya
ekstrim) penggunaan internet (Kraut et al, 1998; Kroker dan Weinstein, 1994;
Nie dan Erbring, 2000; Stoll, 1995; Turkle, dilaporkan dalam Bollier 1995).
Hubungan online mungkin melibatkan saling ketergantungan yang lebih rendah ,
komitmen dan permanen (Taman dan Roberts , 1998; Beras , 1987a).
Komunikasi dengan media komputer dapat membantu perkembangan
‘percobaan’ (seperti pembohongan kepada orang lain yang tidak dapat diketahui
kebenarannya dengan segera) tentang salah satu identitas dan kualitas. Seperti
sebuah atmosfer yang didominasi oleh tipu daya, nafsu, manipulasi, dan
pengecohan yang emosional. Banyak yang mengambil sikap ‘gender
switching’ dan melakukan penipuan identitas yang dapat terjadi secara yang
sangat sulit dalam berbagai hubungan riil yang tercipta dan terjaga (Turki,
1996). Contohnya, chat room diskusi online sering mengingatkan
kita pada grafiti dari Johnson dari jenis yang paling buruk: ‘deklarasi diri
yang terisolasi, komunikasi yang gagal, slogan, dan tagline. Janganlah kamu
melihat sebuah komunitas pada masa pertukaran ini, lihatlah sebuah grup dari
individu yang membicarakan satu sama lain, dan berbicara dengan singkat, hampir
merupakan kode yang tak dapat dipahami’(1997:70).
Saphiro dan Leone merasakan bahwa, ‘jika ada waktu yang
lebih kita habiskan untuk online, jika waktunya kurang kita akan gunakan untuk
berinteraksi dengan keluarga kita, tetangga, atau anggota kelompok yang lain’
(1999:118). Contohnya, Nie dan Erbring (2000) yang menemukan bahwa pengguna
website TV kurang menghabiskan waktunya dengan orang lain. Mereka berpendapat
bahwa fokus menggunakan internetsecara individu, dimana menonton televisi
setidaknya dapat menyediakan ‘berbagai pengalaman yang dibagikan’(2000:118).
Kami mungkin dapat mengembangkan hubungan online yang baik, tetapi biarkan
hubungan kita dengan online mengelilingi kita dengan penderitaan. Akan sangat
senang ketika dapat dengan pengguna yang menjelaskan ‘menurut
selera’, hasiln dan kegunaan dari internet juga memfasilitasi fokus baik secara
dekat ataupun jauh dalam berbagai pandangan. Lebih lanjut, hal itu dapat
menolong para pengiklandan penyedia informasi lainnya dalam menarget pelayanan,
produk, dan pendapat mereka, serta penggunaan pola (Schoroeder and Ledger,
1998; Saphiro dan Leone, 1999).
Salah satu kebebasan berekspresi di internet adalah
mendahului yang lain dan sebuah ketidaksenonohan, terutama ketika pengguna
mereka adalah anak-anak(Schroeder dan Lodger, 1998). Tapscoot (1997)
mengidentifikasi beberapa kemungkinan keburukan dari peningkatan individu dan
penyedia interaksi untuk pengguna internet yang masih muda, seperti putuskan
sambungan internet dari institusi resmi, representasi yang menyesatkan dan
berbahaya dari informasi dan identitas, gejolak, berlebihan, tidak adanya
evaluasi dari penginformasi, dan adanya tekanan pada hubungan yang singkat.
Perspektif Optimistis
Meningkatkan Frekuensi dan Keragaman Interaksi
Perspektif optimis semakin melihat internet sebagai media
untuk interaksi sosial. Banyak studi kasus CMC telah menunjukkan bahwa ‘sosial’
merupakan perekat penting yang mengikat aspek tugas orientasi CMC bersama, dan
dalam beberapa kasus bahkan menggantikan mereka (Rice, 1987b).pekerjaan ini
telah dilengkapi oleh penelitian dalam daftar keaktifan diskusi kesehatan
dan newsgroup. Kesehatan dan kelompok dukungan psikologi, internet
yang menyampaikan percakapan, orientasi objek MUDS, layanan dating online,
yang semua itu memiliki esensi sosial- dan berorientasi mempengaruhi sebagai
lawan dari berorientasi tugas (Rice,2001). Proporsi yang baik dalam pencarian
dan partisipasi di situs informasi kesehatan dan grup diskusi menjadikan
sebagai ‘third-party’ para perantara, pencari informasi dan
mendukung significant others mereka, untuk diri mereka dalam
membantu kesepakatan mereka dengan sakitnya significant other ,
atau membawa informasi dari internet untuk menstimulus, tantangan atau
menggunakan layanan kesehatan (Aspaden dan Katz, 2001). Pertumbuhan dan
ketekunan dari web-based chatroom dan ‘pesan instan’
menawarkan ‘komunitas’ yang nampaknya akan menyediakan tambahan keterangan yang
menyangkal kealamian ‘non-sosial’ dari CMC.
Ringkasan `Baym satu dekade dari penelitian sebagai
pernyataan bahwa’ jalan yang orang-orang secara tepat mendemosntrasikan
jaringan komersial dan non komersial, bahwa CMC tidak hanya memberikan dirinya
untuk kebutuhan sosial, tapi pada faktanya, sebuah situs
untuk jumlah yang tidak biasa dari sebuah
kreativitas sosial’ (1995:160). Porter (1997) mengedit bukunya, menyediakan
sebuah keanekaragaman dari perspektif tambahan, termasuk masalah interaksi
dengan sosok di dunia virtual.
Van Dijk (1999) meringkas beberapa keuntungan dari CMC;
orang-orang dapat mengganti kerugian dari isyarat yang hilang dari sebuah
gambar, suara, teks, dan data dengan menggunakan isyarat tekstual yang ada;
orang-orang juga dapat lebih fokus pada isi teks email; orang-orang dapat
menggunakan percakapan informal juga pada pengaturannya; dan juga, kelompok
percakapan elekrtronik sering mendorong orang-orang untuk lebih berpartisipasi.
Walther (1996) menunjukkan bahwa interaksi melalui media merupakan pribadi yang
biasa, terlebih ketika partisipan memiliki waktu dan ketertarikan, selain itu
interaksi melalui media dapat menjadi ‘hypersonal’, mengatur interaksi dan
kesan lebih dari sekedar kemungkinan tatap muka. Starus (1997) menemukan
kesamaan bahwa CMC bukanlah tidak memenuhi kebutuhan pribadi daripada
komunikasi tatap muka. Selanjutnya, tanpa media komunikasi dipaksa oleh
kebutuhan untuk geografis dan pendekatan temporal, terbatas pada proses dan
potensi yang tersimpan.
Contoh kasus di Indonesia
Nyatanya, Indonesia ada salah satu negara yang selalu
menduduki peringkat atas dalam penggunaan Internet, terutama dalam hal sosial
media; Facebook, Twitter, Instagram, Path, dll. Dari remaja hingga dewasa,
bahkan anak-anak pun kerap menggunakan sosial media. Namun pada konteks ini
kita fokuskan kepada remaja. Remaja kini pada umumnya tidak mau ketinggalan
zaman, mereka menunjukkan identitas diri mereka di sosial media. mereka
berusaha menguasai segala sosial media guna mencapai ke-eksistensian diri
mereka. Segala aktivitas mereka share di segalam sosial media. Orang-orang bisa
tahu keberadaan dan aktivitas yang orang lain lakukan lewat sosial media.
7. Kesimpulan
Pada chapter ini telah
mengkaji literatur penelitian dan hasil mengenai tiga isu sosial utama seputar
peningkatan penggunaan Internet: akses, keterlibatan sipil dan masyarakat, dan
interaksi sosial dan bentuk-bentuk ekspresi baru. Sementara beberapa bukti
menunjukkan bahwa kesenjangan digital menurun atau bahkan menghilang sehubungan
dengan jenis kelamin dan ras, perbedaan pendapatan dan pendidikan yang masih
besar, dan dalam beberapa studi menjadi meningkat.
Akses
dan penggunaan internet dapat menciptakan konsekuensi sosial abadi dan
konsekuensial negatif, bahkan setelah pengadopsi mencapai akses penuh. Ada
banyak hambatan, rintangan dan tantangan untuk akses yang lebih adil, dan
beberapa dari mereka mungkin akan tertanam di dalam konteks sosial dan budaya
serta perbedaan.
Orang-orang
dapat menggunakan berbagai beragam media, tindakan individu dalam aktivis
online mungkin lebih ekstrim, pengguna mungkin mengalami kesulitan menilai
sejumlah besar informasi yang tersedia, orang mungkin pada dasarnya harus
memperkuat keyakinan mereka sebelum berpartisipasi atau hanya dalam kepentingan
yang dipilih kelompok, dan ancaman terbesar saat ini mungkin konsentrasi
berkembang di industri media. Beberapa konseptualisasi atribut dari Internet
dan masyarakat menolak gagasan bahwa masyarakat organik dapat berkembang dalam
mediated, formulir online, karena mereka merupakan hubungan sekunder dan jauh.
Privasi
individu semakin terancam, terutama oleh kepentingan komersial, dan komunitas
online biasanya terikat hanya oleh kepentingan tunggal. Sifat masyarakat saat
ini 'nyata' dapat diperdebatkan, karena beberapa bukti menunjukkan bahwa
berbagai bentuk keterlibatan sosial telah menurun dan sangat sedikit orang
berinteraksi dengan tetangga terdekat secara fisik, justru mereka berpartisipasi dalam masyarakat lokal
tipis dan jaringan keluarga dan pekerjaannya.
Di
sisi lain, pengguna internet cenderung lebih tertarik pada peristiwa terkini,
kampanye dan aktivis politik sudah mulai menggunakan internet untuk berbagai
keperluan, pengguna lebih terlibat dalam kegiatan sipil dan politik dari pada
non-pengguna, dan banyak kantor pemerintah menyediakan e-mail dan akses Web.
Meskipun demikian, dialog online nyata di antara kelompok-kelompok kepentingan
yang berbeda jarang terjadi, dan akses pemerintah biasanya satu arah. Namun,
banyak masyarakat yang diperkuat melalui interaksi online, jika hanya karena
hambatan yang lebih rendah, seperti waktu, jarak dan perlu awalnya mengenal
orang lain secara pribadi sebelum berkomunikasi. Ini mungkin lebih tepat untuk
memikirkan interaksi online melengkapi komunitas fisik.
Meskipun
demikian, ada banyak komunitas dimediasi hidup dan berumur panjang, mulai dari
kelompok pendukung kesehatan untuk membubarkan kelompok-kelompok budaya dan
etnis. Pertumbuhan dan intensitas komunitas online juga dapat berbicara tentang
penurunan yang dirasakan dalam komunitas yang nyata, misalnya sebagai manusia
mencari dukungan sosial dan interaksi . Memang, banyak aspek hubungan, emosi
dan identitas yang dialami sebagai sama nyatanya melalui Internet, media lain
(seperti telepon) atau tatap muka. Ada beberapa studi kasus yang menunjukkan
bahwa masyarakat kecil telah kebangkitan melalui sistem online.
Akhirnya,
tentang interaksi sosial dan ekspresi, perspektif pesimis menyatakan bahwa
tidak hanya dimediasi komunikasi memiskinkan sifat interaksi, namun interaksi
online dapatmenipu, sederhana, dan mengandung kebencian sementara. Beberapa
menyimpulkan diperpanjangnya penggunaan internet menyebabkan isolasi dan
depresi, sebagai hubungan dimediasi lemah menggantikan yang unmediated yang
kuat, dan hubungan difokuskan secara sempit menggantikan yang lebih beragam.
Ada
banyak kelompok online yang menyediakan sumber daya emosional dan lainnya satu
sama lain, dan pengguna secara teratur menilai berkomunikasi dengan orang
lain-keluarga, teman dan orang-orang baru yang mereka temui secara
online-sebagai aktivitas yang paling favorit dan penting mereka. Beberapa studi
menunjukkan bahwa penggunaan internet interaktif menggantikan televisi penonton
pasif, tetapi bahwa pengguna internet secara keseluruhan lebih besar peserta
Media. Generasi Net mungkin menjadi lebih melek, kreatif dan terampil secara
sosial karena keakraban awal mereka dengan internet, termasuk mencoba berbagai
aspek identitas mereka berkembang secara online. Ada banyak kelompok online
dengan anggota berapi-api menyediakan sumber daya emosional dan lainnya satu
sama lain, dan pengguna secara teratur menilai berkomunikasi dengan orang
lain-keluarga, teman dan orang-orang baru yang mereka temui secara online-sebagai
aktivitas yang paling favorit dan penting mereka. Beberapa studi menunjukkan
bahwa penggunaan internet interaktif menggantikan televisi penonton pasif,
tetapi bahwa pengguna internet secara keseluruhan lebih besar peserta Media.
Generasi Net mungkin menjadi lebih melek, kreatif dan terampil secara sosial
karena keakraban awal mereka dengan internet, termasuk mencoba berbagai aspek
identitas mereka berkembang secara online.
Berinteraksi
dengan guru dan siswa lain lebih mudah bila didukung oleh Internet, dan kedua
mahasiswa dan pasien lebih mungkin untuk berbicara tentang isu-isu sensitif
secara online, mungkin karena perlindungan anonimitas. Sebagian pengguna
bertemu orang-orang baru mereka datang untuk memanggil teman-teman online, dan
pergi untuk bertemu orang-orang ini secara pribadi. Beberapa penelitian secara
khusus telah dimentahkan beberapa penelitian yang menghubungkan penggunaan
internet sebelumnya dengan isolasi atau depresi, menunjukkan memang bahwa
pengguna internet berpengalaman mungkin menemukan dukungan yang lebih besar
online, menjadi lebih puas dengan interaksi dan komunikasi mereka, dan
menghasilkan hubungan baru melalui kemampuan untuk menghubungi orang lain lebih
mudah. Memang, beberapa berspekulasi bahwa internet juga dapat memupuk
toleransi yang lebih besar melalui paparan keragaman yang lebih luas dari suara
, dan bahkan mendukung pertumbuhan transenden dan spiritual.
Semua
kemungkinan ini dapat menyebabkan pertumbuhan utama dalam konsep kita tentang
identitas, kelompok dan masyarakat. Sementara penggunaan dan efek dari
teknologi komunikasi utama (seperti pena, telegraf, telepon, mesin fotokopi,
memo), telah dipelajari secara retrospektif, jika sama sekali, pertumbuhan yang
cepat baru-baru ini affords Internet peneliti komunikasi kesempatan unik untuk
menggambarkan, menilai, memprediksi dan mengevaluasi perubahan jangka pendek
serta perkembangan jangka panjang. Jika spekulasi saat ini dan penelitian
tampaknya menunjukkan beragam, kontradiktif dan simultan konsekuensi, di beberapa
tingkat analisis, ini mungkin karena pada dasarnya sifat perubahan sosial.
Namun, itu jauh lebih baik untuk tanah pemahaman tentang kompleksitas fenomena
ini besar dalam penelitian daripada spekulasi dan pernyataan.